Rumah Koran Lahir ditengah – tengah masyarakat Desa
Kanreapia, dari latar belakang desa yang tertinggal dari segi pendidikan,
kesadaran berpendidikan yang rendah, buta huruf yang tinggi, angka putus
sekolah yang tinggi dan pernikahan dini yang tinggi.
Desa Kanreapia berada di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten
Gowa Sulawesi Selatan merupakan desa yang mempunyai potensi pada sector
pertanian, desa yang terkenal dengan penghasil Markisa sejak tahun 1970 dan
saat ini dikenal sebagai penghasil sayuran, rata – rata profesi masyarakatnya
adalah petani.
Desa Kanreapia, mempunyai Tujuh Dusun, dan masih ada satu
Dusun yakni Balang Lohe yang belum memiliki Sarjana dan Lulusan SMA masih bisa
dihitung Jari, diakibatkan tingginya pendapatan Petani.
Dengan tingkat pendapatan yang tinggi masyarakat dan
pemuda desa lebih memilih bertani dan menghasilkan pendapatan yang tinggi,
sehingga minat berpendidikan terbilang rendah.
Anak Petani atau generasi petani dihadapkan antara dua
pilihan antara bertani mendapatkan uang dan melanjutkan pendidikan. dua pilihan
itu adalah uang dan Pendidikan.
Kebanyakan pemuda tani lebih memilih putus sekolah dan
bertani karena hasil pertanian sangat menjanjikan. Petani panen satu kali bisa
menghasilkan omzet puluhan juta hingga ratusan juta, hal inilah menjadi factor
rendahnya minat berpendidikan, yang berpengaruh terhadap tingginya Buta Aksara
di akibatkan tingginya putus sekolah.
Cita – cita Rumah Koran menghapuskan Buta Aksara mulai
terlihat sejak dimulainya Gerakan cerdas Anak Petani, di tahun 2014 yakni
Melalui Rumah Koran, rumah belajar bagi anak petani dan petani.
Rumah Koran adalah wadah belajar membaca bagi petani,
wadah belajar menulis dan wadah belajar mengeja bagi petani.
Setiap hari minggu anak petani belajar Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris sekaligus belajar di alam dan hari minggu menjadi jadwal khusus
belajar mengeja bagi petani Tua, baik huruf, A, B, C, D, Sampai Z dan belajar
Mengaji bagi petani.
Adapun jadwal khusus belajar anak petani yakni setiap hari
senin sampai sabtu anak petani belajar mengaji di sore hari. Dan waktu – waktu
lain dimanfaatkan baca buku, berdiskusi, membuat kegiatan – kegiatan seperti
pelatihan, kerajinan dan melakukan uji coba produk – produk pertanian bersama
dengan petani.
Banyak hal yang bisa di pelajari, banyak hal yang masih
perlu dipelajari, sehingga Rumah Koran dimanfaatkan sebagai wadah tempatnya
belajar petani, seruan selama ini untuk memajukan pertanian selalu terdengar,
namun sayang jika SDM Petani yang terabaikan, otomatis memajukan pertanian
masih terasa lambat, karena melalui pendidikan dan peningkatan SDM Petani
kemajuan pada sector Pertanian akan lebih cepat dan petani akan mampu bersaing
secara Global.
Rumah Koran mencoba menjawab dan mengubah pola pikir
petani menjadi petani yang kaya Ilmu dan kaya Harta, sebab jika petani Kaya
Ilmu dan Kaya Harta maka pembangunan khususnya di pedesaan akan cepat maju.
Petani kaya Ilmu, akan menjadi Petani yang mampu
menginspirasi, melahirkan ide – ide baru, dan petani memahami kewajiban dan hak
yang harus dikeluarkan baik zakat hartanya dan memanfaatkan hartanya untuk
menuntut ilmu dan beribadah kepada Sang Pencipta.
Petani Kaya Harta akan mudah membantu masyarakat
disekitar dan orang – orang yang membutuhkan.
Rumah Koran lahir untuk mengubah kebiasaan lama, pola
pikir lama menjadi Rovolusi Mental pada Sektor Pertanian, menjadi Raksasa
Pangan Dunia sekaligus melahirkan Petani Muda, Indonesia Bukan Krisis Lahan
tetapi Krisis Petani, Generasi Petani dibutuhkan akan keberlanjutan Pertanian
dapat diwariskan, Melalui Rumah Koran bangga Menjadi Petani dan Bangga dengan
identitas sebagai Petani