INSpirasiPertanian.com –
Kebijakan pemerintah yang harusnnya berpihak pada rakyat nyatannya kebijakan
tersebut di nilai menambah beban rakyat,
sebelumnnya pemerintah telah melakukan impor barang- barang dalam bidang
pertanian seperti cangkul Baca : Kini merambah ke cangkul target impor pemerintah, melalui
China dan Vietnam yang sahrusnnya barang-barang tersebut
bisa di produksuksi di dalam negri nyatannya malah mengimpor dan hal itu adalah
hal yang sangat merugikan bagi rakyat kecil, sekarangpun dalam hal impor
pemerintah mengelurkan kebijakan baru yaitu akan impor gula sebayak 400 Ribu
ton dalam hal ini gula sendir seharusnnya
bisa terkecukupi dari produk dalam negeri.
impor ini sanagat merugikan
petani tebu yang susah payak berkorban untuk mengelola laha dan nyatannya
bukannya pemerintah malah mendukun dengan menambah pelatihan atau hal lain agar
petai lokal khususnnya di dalam petani tebu bisa mengelola lahannya bisa lebih
baik jutru pemerintah malah mengabil jalan pintas yaitu dengan megimpor gula .
dalam penyampaiaanya oleh anggota
komisi VI Fraksi Gerida Abdul wahid, ia mengingatkan bahwa kebijakan impor gula
mentah bisa mengakibatkan pengaruh stabilitas politik .
Kasus impor gula ini di nilai
akan merusak cita Presiden dan terkesan
presiden di nilai melakukan riberalisasi industri gula, adahal mungkin bukan
presidennya yang liberal, tapi menterinya yang liberal bikin kebijakan tidak
melakukan koordinasi," katanya dalam keterengan pers (Rabu, 8/2).
Dalam kesempatan ini, Wachid juga
mempertanyakan data-data perhitungan produksi, stok, dan kebutuhan gula
nasional yang dijadikan pertimbangan Mendag untuk melakukan impor gula mentah.
Menurutnya, selama ini data
produksi dan konsumsi gula masih belum jelas. Jika data yang digunakan tak
akurat, kebijakan yang diambil pun pasti tak tepat. Selain itu, ia juga
mempertanyakan konsistensi pemerintah soal kebijakan impor pangan, dalam hal
ini gula.
"Data belum jelas kok Mendag
sudah impor 400 ribu ton. Padahal menteri lain bilang produksi gula cukup,
nggak perlu impor. Jadi motif impor Mendag ini pun menjadi pertanyaan, apakah
impor untuk buffer stock saja atau supaya bisa menguntungkan importir atau
produsen gula tertentu," ujar politikus Gerindra ini.
Dalam hal ini Wachid sangat hawatair dengan kebjakan ini petani
tebu yang sanagat di rugikan yang
seharusnnya di perhatikan lebih justru terasa di kucilkna dengan adannya impor
gula yang segharusnnya tidak di lakukan dan kalo ada produk dalam negri mengapa
tidak menggunakan produk dalam negri guna meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Dia juga mempersoalkan impor 400
raw sugar atau gula mentah untuk diolah menjadi gula kristal putih oleh
perusahaan swasta tertentu untuk selanjutnya dijual sebagai gula konsumsi
publik. Karena impor raw sugar itu seharusnya hanya diperuntukkan untuk industri
makanan minuman.
""Bukan dijadikan gula
putih yang dijual langsung. Kebijakan Mendag ini cenderung menguntungkan pihak
swasta tertentu," tandasnya.
Sebelumnya Mendag mengatakan, kebijakan impor gula mentah
400 ribu ton dilakukan untuk mencukupi kebutuhan gula tahun ini. Dia
menuturkan, kuota impor gula tahun ini tidak memiliki batas waktu kapanpun jika
terasa produksi di dalam negeri kurang impor bisa dilakukan. Dengan kontrol
pemerintah.
"Tahap pertama 400 ribu ton dan dilihat
perkembangannya. Paling tidak sekarang Januari tidak mau ada kekurangan
konsumsi yang menanggani harga," tegasnya, Senin (16/1).