Kisah ini mungkin sudah lama berjalan, tulisannya pun telah
beredar lama di media internet, pertama tulisan yang membahas petani ini,
langsung viral dan bayak petani yang menyukai perjalanan salah satu petani muda
ini, bagaimana tidak di sukai, karena ia adalah salah satu petani cabe Magelang
yang bisa menjadi inspirasi para petani saat ini yang sedang di lucuti oleh
berbagai oknum yang membuat harga dari petani tidak bisa seimbang dengan harga
bahan pokok untuk modal penanaman.
Kisahnya di mulai pada sekitar tahun 2010, seorang petani
cabe, Tonov namanya, yang merasa prihatin tentang harga cabe yang semakin hari
semakin memprihatinkan, hingga puncaknya pada tahun-tahun itu harga cabe terjun
bebas sampai mencapai harga 2000 per kilogramnya. Tentu dengan harga seperti
itu ratusan petani cabe mengelami permasalahan yang sangat berat, Tunov Mondro Atmodjo mencoba melihat
permasalahan itu dengan turun ke lapangan.
Dari permasalahan yang ia dapat dari lapangan, pemuda yang berusia
34 tahun itu mulai berpikir untuk mencoba mencari jalan keluar agar petani cabe
bisa sejahtera, mulanya memang sulit dan petani kurang begitu percaya tentang
pikiran pemuda tersebut, namun perlahan mulai mengikutinya.
Ia mencoba mengarahkan petani cabe untuk menanam di lahan
kurang dari 3.000 meter persegi di salah satu Dusun Tanggulangin, Desa Girikulon, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Ia tak menyentuh petani besar yang lahannya di atas
1 hektar.
Ia berpikir bahwa cabe merupakan jenis sayuran yang bisa di
simpan dalam kurun waktu lama, budi daya cabe di lahan 3.000 justru lebih
efektif , panen justru akan lebih maksimal dan harganya juga lebih terjaga sesuai
ongkos pengerjaan. Ungkap Tunov.
Dalam hal ini ia berpikir tidak untuk mengejar peningkatan
produksi namun mencoba menyadarkan petani cabe belajar tentang suluk beluk
bisnis pertanian cabe, ”Saya mengubah
pola pikir petani mengenai budidaya cabai, mulai dari pemeliharaan hingga
penanganan pasca panen,” kata Tunov, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Giri Makmur, Kabupaten Magelang, ini.
Tanaman cabe adalah salah satu jenis tanaman yang bisa di
panen pada usia 90 hari hingga 6 bulan berikutnya. Dalam setiap Minggunya pada musim-musim panen tanaman cabe bisa di
petik 2- 3 kali , dalam satu pohonnya terkadang bisa menghasilkan 115 dan 1 kg
cabe, setidaknya hingga 350 cabai.
Bila harga jual di pasaran bisa mencapai 15.000 / kg. Petani
akan memperoleh hasil bersih 5 juta kisaranya, namun harga setandanya harga di
tingkat petani adalah kisaran 20.000/ kg nya hal ini di dasari agar petani bisa
untung 20 persen. Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan prediksi hal ini karena
adanya permainan mafia tengkulak.
Para mafia tengkulak ini bisa mempermainkan harga di tingkat
petani kita hingga serendah mungkin, lalu setelah mendapatkan harga rendah
mereka bisa menjualnya dengan harga tinggi, hal in menyebabkan harga cabai tak
terkendali dan bisa memicu inflasi.
Bisnis cabe ini memang sangat menjanjikan, bayangkan dalam
satu hari saja jakarta membutuhkan pasokan cabe hingga 120 ton . penjual cabe
mau menyetor dagangan nya di jakarta jam berapa saja pasti di terima karena
tingkat kebutuhan cabe sangat tinggi, namun sangat di sayangkan harga cabe dari
petani dan setelah sampai di tingkat pasar mempunyai perbedaan hingga 120
persen, angka yang cukup mengkhawatirkan dan membuat petani semakin risau.
Salah satu pemikiran Tunov yang ia gagas adalah ia mengharapkan
petani bisa mengusai pasar di jakarta minimal 30 persen saja. Prinsip tunov
sangat sederhana yaitu siapa bisa menguasai cabai ia pasti bisa menguasai
pasar. Dari pemikiran itu ia mencoba mencoba membuat jalur tunggal penjual cabe
dari tingkat petani agar tidak di jual sendiri – sendiri. sekitar tahun 2015 ia
mulai melarang petani menjual cabenya sendiri-sendiri.
Prosesnya sederhana,
hasil panen petani akan di kumpulkan menjadi 1 di rumah kelompok tani , kemudian
pedagang cabe di panggil langsung untuk membeli cabe hasil tani secara sistem
lelang, dengan cara ini petani dan penjual bisa transaksi langsung tanpa adanya
perantara tengkulak dengan demikian harga cabe tingkat petani akan meningkat
dan juga sebagian dari petani akan di kirim langsung secara bersamaan di pasar
jakarta. Mereka menyebut strategi ini ”operasi pasar”.
Meski cara ini cukup berisiko namun cara ini cukup ampuh ,
menghancurkan para tengkulak cabe, Ia bercerita, Oktober lalu harga cabai di
pasar merangkak di kisaran Rp 45.000 per kg. Dia dan kawan-kawan melancarkan
”operasi pasar” ke Jakarta. Mereka membanderol cabai segar Rp 20.000 per kg.
Dalam dua jam, cabai mereka ludes terjual.
Para mafia cabe tentu merugi akan cara ini hingga mencapai 2
milyar akibat adanya penjualan langsung dari petani dengan harga yang cukup
menggiurkan . tentu cara ini banyak
perlawanan dari para mafia tengkulak, beberapa tengkulak mencoba menebar teror
kepada petani cabe dan beberapa pedagang yang mendapatkan pasokan langsung dari
para petani di Magelang namun Tunov mengabaikannya.
Berkat kerja keras yang di lakukan Tunov harga cabe dari
tingkat petani mulai stabil bahkan sejumlah petani lain beda daerah ikut mendukungnya seperti daerah Grogol, Kajoran, Dukun, Pakis, dan Kopeng di
Kota Salatiga.
Gapoktan Giri Makmur yang dipimpin Tunov semakin berkembang.
Anggotanya kini berjumlah 700 petani yang tersebar di Kecamatan Secang dan
Grabag.
Berkat usaha ini harga jual cabe juga ikut berpengaruh di tingkat
pasar jakarta dan juga Tunov sering di ajak berdiskusi dalam acara-acara
tingkat kementrian pertanian dan beberapa institusi lain guna menemukan formula
pertanian dan tata niagaan cabai di tingkat nasional. Ia juga menjadi salah
satu dari 9 petani cabe andalan dari
berbagai wilayah tanah air.
Kisah ini alah kisah yang bisa menjadi contoh tauladan yang
bisa di kembangkan oleh generasi pemuda kita, belajar dari kisah ini semestinya
petani juga harus belajar bahwa petani tidak bisa hanya belajar bertanam saja
namun harus bisa mengembangkan ilmu perdagangan dan melihat strategi pasar agar
bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.